Isitilah softening dalam istilah teknik lingkungan sangatlah familiar, hanya saja kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi pelunakan mungkin banyak yang tidak mengerti, sehingga kadangkala istilah-istilah asing yang sudah familiar ditelinga kita memang sebaiknya tidak diterjemahkan agar tidak menimbulkan salah pengertian. Saya mencoba menerjemahkannya menjadi pelunakkan, karena pada beberapa literatur yang berbahasa Indonesia saya menjumpai kata pelunakkan tersebut yang merupakan terjemahan dari softening.Ada beberapa jenis proses pengolahan yang dapat digunakan untuk melunakkan air. Pada setiap proses pengolahan, hasil akhir yang diharapkan adalah sama. Air yang dilunakkan harus mempunyai suatu kesadahan (hardness) sekitar 80 hingga 90 mg/L sebagai kalsium karbonat (CaCO3). Jika air yang dilunakkan lebih lanjut (seperti dalam proses pertukaran ion/ion exchange), air sadah harus dicampur dengan air yang dilunakkan untuk mencapai tingkat kesadahan yang diinginkan. Air terlalu lunak (soft) juga tidak terlalu baik, karena air mineral salah satu unsurnya adalah calsium, tetapi terlalu tinggi juga tidak baik karena dapat menyebabkan air sabun tidak dapat berbusa serta dapat menyebabkan karatan pada pipa.
Pemberian Bahan Kimia Pada Softening
Pelunakkan melalui pemberian bahan kimia adalah sama caranya seperti yang dilakukan pada penanganan kekeruhan (removal of turbidity) dengan koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi.
Ada banyak variasi, tetapi proses yang khas adalah melibatkan penambahan kapur (lime) untuk menaikkan pH air sampai cukup tinggi untuk reaksi yang terjadi pada senyawa kesadahan yang digunakan untuk mengendapkan dari air tersebut. Peralatan yang digunakan juga menyerupai peralatan penanganan kekeruhan (removal of turbidity) – kapur (lime) ditambahkan pada pengadukkan cepat (flash mixer), kemudian air diflokulasi, dan setelah itu senyawa-senyawa kesadahan (hardness compounds) menggumpal dan mengendap secara gravitasi di dalam bak sedimentasi. Air tanah adalah yang paling sering dilakukan pelunakkan dibandingkan dengan air permukaan. Air tanah tidak memerlukan flokulasi dalam rangka menangani kekeruhan, tetapi proses pelunakkan kadang-kadang dapat menggantikan penanganan kekeruhan tersebut. Jika penanganan kekeruhan (removal of turbidity)dan pelunakkan (softening) diperlukan, maka dua proses tersebut dapat dilakukan bersamaan secara serempak, yaitu menggunakan peralatan dan bahan kimia yang sama. Penggunaan kapur (lime) dapat mengurangi kesadahan karbonat. Jika abu soda (soda ash) ditambahkan seperti halnya penambahan kapur (lime), maka kesadahan karbonat dan nonkarbonat dapat dihilangkan. Di dalam kasus lainnya kita sering menjumpai, penambahan bahan kimia justru tidak menghilangkan semua kesadahan yang ada di air, tetapi kesadahan hanya dapat turun menjadi 30 sampai 40 mg/L, walaupun hasil akhir yang sering adalah 80 hingga 90 mg/L. Penambahan bahan kimia adalah suatu proses pelunakkan yang efektif, tetapi juga mempunyai beberapa kerugian. Proses ini memerlukan banyak operator yang digunakan dalam rangka mendapatkan hasil yang efisien, tetapi untuk bangunan pengolahan yang kecil pemakaian operator bisa efisien. pH air yang tinggi pada pelunakkan dengan kapur dapat menghasilkan warna di dalam air dan membuat warna tersebut sukar untuk dihilangkan. Akhirnya, pelunakkan dengan kapur dapat menghasilkan lumpur dalam jumlah yang besar serta menciptakan permasalahan dalam proses pembuangannya.














